Kasus tetntang Personality Development. (Anak yang bermasalah dalam keluarga)
I. PENDAHULUAN
Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang memberikan pengaruh sangat besar bagi tumbuh kembangnya anak. Dengan kata lain, secara ideal perkembangan remaja akan optimal apabila mereka bersama keluarganya. Tentu saja keluarga yang dimaksud adalah keluarga yang harmonis, sehingga anak memperoleh berbagai jenis kebutuhan, seperti kebutuhan fisik-organis, sosial maupun psiko-sosial.
Uraian tersebut merupakan gambaran ideal sebuah keluarga. Pada kenyataannya, tidak semua keluarga dapat memenuhi gambaran ideal tersebut. Perubahan sosial, ekonomi dan budaya dewasa ini telah banyak memberikan hasil yang menggembirakan dan berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun demikian pada waktu bersamaan, perubahan-perubahan tersebut membawa dampak yang tidak menguntungkan bagi keluarga. Misalnya Adanya gejala perubahan cara hidup dan pola hubungan dalam keluarga karena, berpisahnya suami/ibu dengan anak dalam waktu yang lama setiap harinya. Kondisi yang demikian ini menyebabkan komunikasi dan interaksi antara sesama anggota keluarga menjadi kurang intens. Hubungan kekeluargaan yang semula kuat dan erat, cenderung longgar dan rapuh . Ambisi karier dan materi yang tidak terkendali, telah mengganggu hubungan interpersonal dalam keluarga, Dalam kaitannya dengan permasalahan remaja, rintangan perkembangan remaja menuju kedewasaan itu ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi anak diwaktu kecil di lingkungan rumah tangga dan lingkungan masyarakat, dimana anak itu hidup dan berkembang. Jika seseorang individu dimasa kanak-kanak banyak mengalami rintangan hidup dan kegagalan, maka frustrasi dan konflik yang pernah dialaminya dulu itu merupakan penyebab utama timbulnya kelainan-kelainan tingkah laku seperti kenakalan remaja, kegagalan penyesuaian diri dan kelakuan kejahatan. Ekspresi meningkatnya emosi ini dapat berupa sikap bingung, agresivitas yang meningkat dan rasa superior yang terkadang dikompensasikan dalam bentuk tindakan yang negatif seperti pasif dalam segala hal, apatis, agresif secara fisik dan verbal, menarik diri, dan melarikan diri dari realita ke minuman alkohol, ganja atau narkoba, dan lain-lain.
II. LANDASAN TEORI
A.SIKAP DAN KEPRIBADIAN
Kehidupan sehari-hari di pengaruhi oleh sikap, baik sikap terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Hal yang dapat di manfaatkan dari pengalaman sehari-hari adalah dasar untuk menilai sikap kita. Pada saat dinilai kita berusaha memperbaiaki sikap menjadi sikap yang positif secara terus menerus.
1. Pengertian Sikap
-Keyakinan (Aspek Kognitif)
Komponen yang berisikan apa yang diyakini dan apa yang di pikirkan orang mengenai suatu sikap. Apa yang di pikirkan dan apa yang diyakini tersebut belum tentu benar. Aspek keyakinan yang positif akan menumbuhkan sikap positif, sedangkan aspek negative akan menumbuhkan sikap negative terhadap sikap.
2. Perasaan(Aspek Afektif)
Perasaan senang atau tidak senng adalah komponen yang penting dalam pembentukan sikap. Menurut para ahli mengatakan, bahwa sikap itu semata-mata refleksi dari perasaan senag atau perasaan tidak senang terhadap objek sikap.
3. Perilaku(Aspek Konotatif)
Bila orang menyenangi sesuatu objek, maka ada kecenderungan orang akan mendekati objek tersebut dan sebaliknya.
B. FUNGSI SOSIAL-PSIKOLOGI
Di dalam fungsi sosial-psikologis ini ada sejumlah peranan dan tugas-tugas yang perlu dilaksanakan oleh orang tua. Fungsi sosial-psikologis ini lebih diarahkan pada pengembangan komunikasi atau hubungan sosial yang hangat antara orang tua dengan anak, dan antara anak dengan anak dalam upaya membentuk kepribadian anak. Hasil penelitian mengenai tindakan pembentukan kepribadian orang tua kepada anak, dari 7 (tujuh) jenis tindakan dalam rangka pembentukan kepribadian anak, yaitu pengembangan komunikasi antar nak, memberi peran dan tanggung jawab, memberikan pujian/penghargaan, mengembangkan kerja sama, menanamkan saling mengasihi dan hormat, pemberian contoh dan memelihara keakraban dalam keluarga.
C. KASUS
Anak yang bernama “X “ adalah anak kedua dari 3 bersaudara. Sifatnya idak bias di kekang dan tidak bias menerima masukan yang cara yang keras, dan tidak bias berthan dalam suatu kondisi yang tidak menghargai dia. “X” mengalami banyak masalah dalam kehidupanya. Salah satunya adalah perdebatan yang sering terjadi dengan orang tua dan saudaranya di rumah. Dia memiliki saudar 2 orang, dan dia adalah anak ke dua dari 3 bersaudara. Posisinya yang tidak pernah tenang di dalam keluarganya membuatnya ingin lama berada di luar rumah dan tidak ingin kembali kerumah.
Yang melatarbelakangi pemberontakan “X” terhadap orangtuanya diantaranya adalah kurangnya komunikasi antara “X” dan orang tuanya. Oleh karena itu orangtua menciptakan hati yang getir, pahit dalam diri “X” yang akhirnya membuahkan kebencian. Maksud baik orang tua untuk mendidik “X” dengan memarahi, memukul, memberi batasan-batasan tertentu, kadang disalah pahami oleh si “X” dan itu menimbulkan suatu kebencian bahkan dendam yang berlarut-larut, bahkan tercetus dalam tindakan nyata di mana “X” melawan orang tua.
Posisinya di sekolah pun bermasalah karena diri “X” memiliki emosi yang tidak bisa di kendalikan, pertengkaran denga teman kelas, pengaruh banyaknya masalah yang menghampirinya. “X” tidak pernah merasakan kedamaian dan ketenangan. Disaat dia berada di rumah, niatnya ingin segera pergi dari rumah. Namun disaat dia pergi orang tua akan selalu menyalahkan “X” dan kakaknya pun selalu memojokkan dirinya sebagai anak yang tidak tau aturan.
“X” bukanlah anak yang bodoh, ada bakat yang tersimpan dalam dirinya, hanya saja dia tidak pernah di banggakan oleh orang yang diharapkanya dan tidak mendapat dukungan dari orang tuanya untuk mengembangkan bakat dan kemauan “X” di dunia musik. sementara kakak dan adiknya sangat di dukung oleh orang tuanya yang ingin memjadi pengusaha seperti ayahnya. Seringnya orang terdekat memojokkan dan membuat dia sempat berniat untuk sudahi hidupnya dengan bunuh diri.
“X” hanya bisa tertawa dengan temanya yang sama sepertinya, memilih jalan pintas kesenangan yang sementara dan berdampak buruk pada “X” yaitu anak yang sealalu cabut dari sekolah karena kurang perhatian dari orang tua. Dia hanya menghabiskan waktu dengan temanya di Mall, CafĂ© dan diskotik. Hal itu membuat “X” semakin buruk karena dia meyakini sugesti-sugesti buruk dari teman-teman yang dianggapnya tidak pernah menyalahkanya dan selalu mendukung apapun yang dia mau. “X” juga mengalami hal yang sama, orang tua “X” pulang kerumah malam, dimana “X” sudah tidur dan berangkat kerja sebelum “X” bangun. Idak ada pertemuan kecuali hari minggu dan hari libur tertentu. Disaat pertemuan itu ada yang terjadi adalah pertengakaran akibat aturan yang terlalu banyak dan kata-kata yang menjatuhkan “X” sebagai anak yang tidak punya aturan, keras kepala tidak mendengarkan saran orang tua. Pertemuan yang sedikit itu tadinya di harapkan untuk melepas rindu dengan berbagai cerita bersama dan seharusnya orang tua mendukung hal positif dalam diri “X”. namun yang terjadi adalah penyesalan bagi “X” untuk bertemu orang tuanya. Sehingga dia selalu mencari alas an ntuk bertemu orang tua di hari libur. Seperti acara sekolah.
D. ANALISIS KASUS
1. Teori Psikologi Individual
Alfred Adler menyatakan masalah hidup selalu bersifat sosial, fungsi hidup bukan hanya mencintai dan berkarya, tetapi juga merasakan kebersamaan dengan orang lain dan mempedulikan kesejahtraan mereka. Adler menekan minat sosial dan kesadaran sebagai pusat kepribadian bukan ketidaksadaran. Teori Alfred mengaplikasikan keadaan keluarga yaitu urutan kelahiran yaitu anak yang kedua yang memiliki dampak negatifnya yaitu pemberontak dan pengiri permanen, cenderng berusaha mengalahkan orang lain, kompetitif berlebihan, mudah kecil hati, sukar berperan sebagai pengikut. Psikologi meneliti kesadarandan pengalaman manusia terutama mengarahkan perhatianya pada perilaku manusia dan mencoba menyimpulkan proses kesadaran yang menyebabkan terjadinya perilaku itu. Bila sosiologi melihat komunikasi pada interaksi sosial, filsafat pada hubungan manusia dengan realistis lainya , psikologi pada perilaku individu komunikan.
Ciri kepriadian menurut urutan kelahiran oleh Adler menunjukkan anak kedua memiliki sifat yang demikian dalam kategori dampak negatifnya. Penderita neurotic memakai agresi untuk
Mekanisme yang di pergunkan “X” yang menyebabkan dampak negatif adalah sbagai berikut:
1. Represi(repression), yaitu upaya ego untuk menekan pengalaman yang tidak menyenangkan dan dirasakan mengancam ego masuk ke ketidaksadaran dan disimpan di sana agar tidak mengganggu ego lagi. Tetapi sebenarnya pengalaman yang sudah disimpan itu masih punya pengaruh tidak langsung terhadap tingkah laku si individu. Hal ini dilakukan “X” dengan melakukan upaya bunuh diri.
2. Represi+Nomadisme
Orang yang selalu pindah tempat atau berubah-ubah interesnya, sebagai usaha melarika diri dari suasana frustasi
3. Mengelak
Bila individu merasa diliputi oleh stres yang lama, kuat dan terus menerus, individu cenderung untuk mencoba mengelak. Bisa saja secara fisik mereka mengelak atau mereka akan menggunakan metode yang tidak langsung. Hal ini juga ditunjukkan “S” dengan mencari alasan agar tidak bertemu dengan orang tua.
4. Mencari kebebasan
Manusia adlah mahluk yang bebas berkehendak, bebas mengambil sikap, bebas menentukan arah kehidupanya. Pada kasus “X” bahwa dia ingin mendapat dukungan atas bakat dalam dunia musik atau menentukan arah hidupnya. Bukan kekangan harus mengikuti jejak orang tua sebagai pengusaha sama seperti saudaranya yang ketepatan berbakat sama seperti orang tuanya.
2. Teori Behaviorisme
Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap intropeksionisme(yang menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjectif) dan juga psikoanalisis (yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak nampak). Behaviorisme ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah “X” baik atau jelek, rasional atau emosional; Behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaiman perilakunya dikendalikan oleh factor-faktor lingkungan atau dimana “X” berada. Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat dan berpengaruh serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Menurut teori behaviaristik mengatakan bahwa kasus yang terjadi pada “X” muncul karena terjadi kesalahan dalam belajar, bukan hasil dari konflik intrapsikis/unconsciousness conflict. Ada 2 tahapan belajar yang berlangsung dalam diri “X”, yang menyebabkan terjadi kasus “X”, yaitu :
1) Dalam pengalaman “X”, beberapa stimulus netral, tidak berbahaya, dihubungan dengan stimulus yang menyakitkan (aversive) akan menimbulkan perasaan tidak nyaman (melalui respondent conditioning). Orang tuanya yang membanggakan kakaknya yang kebetulan sama minat menjadi pengusaha, sementara “X” sangat jauh dari keinginan orang tuanya,
2) “X” yang menghindar dari stimulus yang sudah terkondisi seperti mencar dan sejak penghindaran ini menghasilkan pembebasan/terlepas dari rasa cemas, maka respon menghindar ini akan menjadi kebiasaan (melalui operant conditioning). Dari sudut pandang kognitif, terjadi karena adanya kesalahan dalam mempersepsikan hal-hal yang menakutkan.
Berdasarkan dari teori kognitif, masalah yang terjadi pai alasan agar tidak bertemu dengan orang tuanya , dimana “X” mengalami ketidaknyamanan bersama orangtuanya sendiri. Terjadinya kesalahan persepsi atau kesalahan interpretasi terhadap stimulus internal ataupun eksternal. “X” akan melihat suatu hal yang tidak benar-benar mengancam sebagai sesuatu yang mengancam. Peristiwa behavioral adalah apa yang nampak ketika orang bekomunikasi. Komunikasi adalah peristiwa sosial, peristiwa yang benar-benar terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia lain. Mencoba menganalisa peristiwa sosial secara psikologis membawa “X” pada psikologi sosial, karena pendekatan psikologi sosial adalah juga pendekatan psikologi komunikasi.
3. Teori Humanistik
Psikologi humanistic dianggap sebagai revolusi ketiga dalam psikologi revolusi pertama dan kedua adalh psikoanalisis dan behaviorisme. Pada pandangan behaviorisme manusi menjadi robot tanpa jiwa tanpa nilai. manusia hanyalah mesin yang dibentuk lingkunagan, pada psikoanalisis manusia selalu dipengaruhi oleh naluri primitifnya. Dalam behaviorisme Menurut aliran humanistik-eksistensial kasus “X” bukan hanya sekedar masalah yang bersifat individual, tetapi juga merupakan hasil konflik antara individu dengan lingkungan sosialnya. Jadi, menurut pandangan humanist-eksistensialis kasus “X” terletak pada cara komuikasi dengan orang tua dan kakaknya dan lingkungan sekolahnya serta sisitem aturan atau kehendak orang tua yang berlebihan atas diri “X”, dimana “X” juga berhak memilih hidupnya. Hal ini muncul sehubungan dengan tidak adanya kesempatan bagi individu untuk mengaktualisasikan dirinya sehingga perkembangannya menjadi terhalang. Akibatnya, dalam menghadapi tantangan atau kendala dalam menjalani hari-hari dikehidupan selanjutnya, ia akan mengalami kesulitan untuk membentuk diri yang positif
E. Penanganan terhadap Kasus “X”.
Upaya menangani kasus “X” dapat dijelaskan melalui pendekatan dengan :
- Memperbaiki komunikasi antara “X” dan orang tua serta dengan saudara dari “X”
- Memberikan pengertian dan hak kepada “X” untuk memilih impian dan bakatnya
- Orang tua harus meluangkan waktu untuk keluarga terutama kepada “X”
- Mengenali kekurangan sifat masing-masing dan mencoba menngerti satu sama lain.
Pendekatan dengan Teori Psikologi diantaranya:
1. Menurut teori Psikologi individual
Konflik in berakar pada internal individu sehubungan adanya konflik yang dialami “X” dalam lingkungan keluarga, sehingga ia mengembangkan suatu bentuk mekanisme pertahanan diri yang salah, maka upaya menanganinya adalah memberikan kesempatan kepada “X” untuk mengeluarkan seluruh isi pikiran, pendapat, perasaan yang muncul dalam dirinya serta kamauannya. Asumsinya adalah jika “X” bisa menghadapi konflik serta memahami konflik yang di alaminya, ego akan lebih bebas dan tidak harus di kekang.
2. Menurut Teori Behaviorisme
Teori ini juga bisa menjadi berfundamental pada refleksiologi. Mempelajari perilaku “X” sebagai adaptasi terhadap stimuli lingkungan. Maksudnya sebagai orang tua, harus beradaptasi dengan sifat “X” dan mencoba mengerti apa yang di maksud dari “X”. Inti utama behaviorisme adalah bahwa organisme mempelajari adaptasi perilaku dan pembelajaran tersebut dikendalikan oleh prinsip asosiasi.
3. Menurut teori humanistik yang melihat kasus “X” sebagai hasil konflik dengan orang tua dan kakaknya yang terkait dengan keadaan sosial dimana pengembangan diri menjadi terhambat, maka teori ini lebih menyarankan untuk membangun kembali diri yang rusak (damaged self). Tehniknya sering disebut sebagai client centered therapy yang berpendapat bahwa setiap individu memiliki kemampuan yang positif yang dapat dikembangkan sehingga ia membutuhkan situasi yang kondusif untuk mengeksplorasi dirinya semaksimal mungkin. Setiap permasalahan yang dialami “X” sebenarnya hanya dirinyalah yang paling mengerti tentang apa yang sedang dihadapinya dan apa yang terbaik untuknya. Pemberian reinforcement (penguat) juga dapat digunakan dengan secara tepat memberikan variasi yang tepat antara pemberian reward – jika ia memperlihatkan perilaku yang mengarah keperubahan ataupun punishment – jika tidak ada perubahan perilaku atau justru menampilkan perilaku yang bertolak belakang dengan rencana perubahan perilaku.
4. Menurut Teori Afiliasi
Memandang kasus “X” sebagai mahluk yang mencari kasih sayang dan penerimaan orang lain yaitu keluarga terutama orang tuanya terhadap kemauan dan dukungan atas bakat yang “X” miliki. Ia ingin memelihara hubungan baik dalam hubungan interpersonal dengan saling membantu dan saling mencintai. Komunikasi digunakan “X”, yang memnghubungkan dirinya melalui hubungan instrumental, afektif, dan integrative dengan orang lain(diri, keluarga,kawan dan sebagainya).
Comments
Post a Comment